Ilustrasi/Admin (Shutterstock)
Teriknya
matahari siang ini tak menyurutkan semangat Roy untuk tetap melangkah menyusuri
jalan menuju sebuah gedung perkantoran yang letaknya 100 meter dari halte bis
tempat Ia turun.
Hari
ini untuk pertamakalinya Roy memenuhi panggilan psikotest dan interview
pekerjaan setelah 30 berkas lamaran dikirimkan melalui email maupun PT. POS
sejak Ia dinyatakan lulus dari salah satu Perguruan Tinggi sebulan yang lalu.
“Tinggal
setengah jam” gumamnya saat melihat jam yang ada di tangannya. Andai tadi tidak
terjadi kecelakaan di jalan tol, mungkin bis yang ditumpanginya tidak terjebak
kemacetan panjang.
Roy
mempercepat langkahnya, berharap Ia memiliki waktu beberapa menit untuk
beristirahat saat tiba di kantor tujuan. Namun tiba-tiba langkahnya melambat,
matanya tertuju pada gadis kecil berbaju biru yang sedang jongkok di bibir
selokan pinggir jalan sambil memegang sebatang ranting. Tangannya terus
berupaya menggerak-gerakan ranting untuk meraih sesuatu yang ada di dalam
selokan tersebut.
Roy
mulai bimbang, hati kecilnya tergerak untuk menghampiri gadis kecil ini, namun
akalnya berkata “ayo Roy, waktumu tidak banyak, masih banyak orang lain yang
akan membantu gadis kecil itu.”
Haaap
… Tangan Roy refleks meraih tubuh mungil di hadapannya, tubuh yang hampir saja
terjatuh ke dalam selokan. Roy ikut jongkok di bibir selokan setelah tangannya
melepaskan tubuh gadis mungil dan memastikan posisinya dalam keadaan aman.
”
Emang ada apa di dalam sana, Dek?”
”
Uang logam, Kak?”
”
Uang logam? Punyamu?”
”
Bukan, punya ayah?”
”
Jatuh?”
”
Iya, tadi tidak sengaja ayah tersenggol seseorang saat melintasi jalan ini dan
jatuh, uang logam di sakunya jatuh ke selokan ini.”
“Berapa
uang yang jatuh? Kakak ganti aja ya, biar kamu gak perlu susah ngambil lagi.”
”
Uang itu logam yang suka dipakai ayah bila pelanggannya minta kerokan, jadi
tidak ada nilainya”
”
Ooh.. Ayahmu tukang pijat?”
”
Iya Kak.. Ayah tidak bisa melihat, jadi
Ayah selalu mengajakku untuk keliling ke rumah-rumah pelanggannya”
Ayah selalu mengajakku untuk keliling ke rumah-rumah pelanggannya”
Pandangan
Roy beralih ke dalam selokan, airnya tidak banyak dan terlihat jelas ada
sekeping uang logam disana. Segera Ia melepaskan tas punggungnya, melepas
sepatu dan kaos kakinya, menggulung celana panjangnya hingga ke lutut dan
dengan cepat Ia turun ke dalam selokan yang dalamnya kurang dari satu meter
itu, memungut logam dan kembali naik ke atas.
Tangannya
kemudian meraih botol berisi air mineral yang ada saku pinggir tasnya,
dicucinya uang logam yang ada ditangannya dan diserahkan
kepada gadis kecil tersebut. Dengan air tersisa Ia pun menyiram kedua kakinya.
kepada gadis kecil tersebut. Dengan air tersisa Ia pun menyiram kedua kakinya.
Sambil
mengenakan kaos kaki dan sepatunya, Roy berkata ” Kakak harus segera pergi,
kamu hati-hati ya pulangnya, salam untuk ayahmu.”
”
Iya, makasih banyak Kak.”
”
Oh ya, siapa namamu?” Seraya bangkit berdiri
”
Siti Kak..”
”
Ok Siti, Kakak jalan ya..” sambil mengelus kepala gadis kecil dan kemudian
sedikit berlari menuju gedung kantor yang kira-kira 30 meter lagi jaraknya.
Setibanya
di kantor tujuan, Roy segera menuju meja penerima tamu, dan mengatakan maksud
kedatangannya pada wanita cantik di balik meja tersebut.
Roy
diminta duduk menunggu, dan kemudian dilihatnya wanita cantik mengangkat gagang
telepon yang ada di meja dan menghubungi seseorang.
Tidak
perlu waktu lama wanita cantik tersebut kemudian mengabarinya bahwa psikotest
sudah dimulai dan yang terlambat tidak diperkenankan masuk.
Roy
hanya tersenyum kemudian mengucapkan terimakasih, dan permisi pulang, tidak ada
sedikitpun keinginan untuk menjelaskan alasan keterlambatannya.
Tubuhnya
berbalik meninggalkan wanita cantik yang masih terus melihatnya, dan melangkah
meninggalkan gedung, tidak ada penyesalan di wajahnya, yang ada hanya bayangan
senyum gembira Siti saat menerima uang logamnya kembali.
Dalam
hatinya berkata ” Siti, aku tahu betapa berartinya sekeping uang logam itu
untukmu dan ayahmu, sama berartinya dengan gitar tua yang selalu menemaniku
mencari uang sejak masih menggunakan seragam putih abu-abu”
Saat kita dihadapkan pada sebuah pillihan, bertanyalah pada hati dan ikuti apa yang dikatakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar