Jumat, 08 Februari 2013

Sekeping Uang logam

-->


Ilustrasi/Admin (Shutterstock)
Teriknya matahari siang ini tak menyurutkan semangat Roy untuk tetap melangkah menyusuri jalan menuju sebuah gedung perkantoran yang letaknya 100 meter dari halte bis tempat Ia turun.
Hari ini untuk pertamakalinya Roy memenuhi panggilan psikotest dan interview pekerjaan setelah 30 berkas lamaran dikirimkan melalui email maupun PT. POS sejak Ia dinyatakan lulus dari salah satu Perguruan Tinggi sebulan yang lalu.
“Tinggal setengah jam” gumamnya saat melihat jam yang ada di tangannya. Andai tadi tidak terjadi kecelakaan di jalan tol, mungkin bis yang ditumpanginya tidak terjebak kemacetan panjang.
Roy mempercepat langkahnya, berharap Ia memiliki waktu beberapa menit untuk beristirahat saat tiba di kantor tujuan. Namun tiba-tiba langkahnya melambat, matanya tertuju pada gadis kecil berbaju biru yang sedang jongkok di bibir selokan pinggir jalan sambil memegang sebatang ranting. Tangannya terus berupaya menggerak-gerakan ranting untuk meraih sesuatu yang ada di dalam selokan tersebut.
Roy mulai bimbang, hati kecilnya tergerak untuk menghampiri gadis kecil ini, namun akalnya berkata “ayo Roy, waktumu tidak banyak, masih banyak orang lain yang akan membantu gadis kecil itu.”
Haaap … Tangan Roy refleks meraih tubuh mungil di hadapannya, tubuh yang hampir saja terjatuh ke dalam selokan. Roy ikut jongkok di bibir selokan setelah tangannya melepaskan tubuh gadis mungil dan memastikan posisinya dalam keadaan aman.
” Emang ada apa di dalam sana, Dek?”
” Uang logam, Kak?”
” Uang logam? Punyamu?”
” Bukan, punya ayah?”
” Jatuh?”
” Iya, tadi tidak sengaja ayah tersenggol seseorang saat melintasi jalan ini dan jatuh, uang logam di sakunya jatuh ke selokan ini.”
“Berapa uang yang jatuh? Kakak ganti aja ya, biar kamu gak perlu susah ngambil lagi.”
” Uang itu logam yang suka dipakai ayah bila pelanggannya minta kerokan, jadi tidak ada nilainya”
” Ooh.. Ayahmu tukang pijat?”
” Iya Kak.. Ayah tidak bisa melihat, jadi
Ayah selalu mengajakku untuk keliling ke rumah-rumah pelanggannya”
Pandangan Roy beralih ke dalam selokan, airnya tidak banyak dan terlihat jelas ada sekeping uang logam disana. Segera Ia melepaskan tas punggungnya, melepas sepatu dan kaos kakinya, menggulung celana panjangnya hingga ke lutut dan dengan cepat Ia turun ke dalam selokan yang dalamnya kurang dari satu meter itu, memungut logam dan kembali naik ke atas.
Tangannya kemudian meraih botol berisi air mineral yang ada saku pinggir tasnya, dicucinya uang logam yang ada ditangannya dan diserahkan
kepada gadis kecil tersebut. Dengan air tersisa Ia pun menyiram kedua kakinya.
Sambil mengenakan kaos kaki dan sepatunya, Roy berkata ” Kakak harus segera pergi, kamu hati-hati ya pulangnya, salam untuk ayahmu.”
” Iya, makasih banyak Kak.”
” Oh ya, siapa namamu?” Seraya bangkit berdiri
” Siti Kak..”
” Ok Siti, Kakak jalan ya..” sambil mengelus kepala gadis kecil dan kemudian sedikit berlari menuju gedung kantor yang kira-kira 30 meter lagi jaraknya.
Setibanya di kantor tujuan, Roy segera menuju meja penerima tamu, dan mengatakan maksud kedatangannya pada wanita cantik di balik meja tersebut.
Roy diminta duduk menunggu, dan kemudian dilihatnya wanita cantik mengangkat gagang telepon yang ada di meja dan menghubungi seseorang.
Tidak perlu waktu lama wanita cantik tersebut kemudian mengabarinya bahwa psikotest sudah dimulai dan yang terlambat tidak diperkenankan masuk.
Roy hanya tersenyum kemudian mengucapkan terimakasih, dan permisi pulang, tidak ada sedikitpun keinginan untuk menjelaskan alasan keterlambatannya.
Tubuhnya berbalik meninggalkan wanita cantik yang masih terus melihatnya, dan melangkah meninggalkan gedung, tidak ada penyesalan di wajahnya, yang ada hanya bayangan senyum gembira Siti saat menerima uang logamnya kembali.
Dalam hatinya berkata ” Siti, aku tahu betapa berartinya sekeping uang logam itu untukmu dan ayahmu, sama berartinya dengan gitar tua yang selalu menemaniku mencari uang sejak masih menggunakan seragam putih abu-abu”

Saat kita dihadapkan pada sebuah pillihan, bertanyalah pada hati dan ikuti apa yang dikatakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar