Artikel





Mengajar matematika ternyata lain daripada yang lain. Betapa tidak, matematika dengan semua konsepnya yang abstrak harus diajarkan kepada siswa yang semuanya masih berpikir konkret. Hal itu tentu menuntut seorang guru matematika mampu memilih cara kreatif dan efektif dalam mengajarkan matematika. jika guru tak mampu mengembangkan kemampuannya dalam mengajar, dapat dipastikan tujuan pembelajaran matematika sulit untuk tercapai.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dipakai untuk menumbuhkan pembelajaran matematika yang efektif. Mengajar matematika kepada siswa bukanlah memberikan segala informasi yang guru ketahui kepada siswa, melainkan mengarahkan pemikiran mereka sehingga mereka menemukan konsep matemataika dengan kemampuan intelektualnya sendiri seperti yang diharapkan. Caranya? Sering mengajukan beberapa pertanyaan kritis dan memancing kepada siswa sehingga mereka mengerti sebab dan akibat dari konsep matematika yang mereka pelajari. Seperti misalnya, “Apakah Kamu mencoba dengan cara ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?”,”apakah ini cara satu-satunya yang bisa dilakukan?”, “mengapa kita gunakan ini, bukan yang lain?”, dll.
Adapun cara kreatif dan efektif dalam mengajar matematika yang lain adalah sbb :
1. Dramatisasi
Ajaklah semua siswa di kelas untuk merasakan apa yang kita ajarkan. Misalnya ketika anda menjelaskan konsep kubus atau balok, anda dapat membawa mereka untuk merasakan bahwa  ruang kelas mereka adalah contoh balok dan saat ini mereka sedang ada di dalamnya.
2. Pemanfaatan Anggota Tubuh
Untuk membawa siswa SD kedalam masalah matematika bukan suatu yang sulit. Anda dapat meminta kepada mereka untuk menunjukkan berapa banyak kaki, tangan, dll. Anda juga dapat mengajak siswa untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru.
3. Permainan
Ini menjadi kunci penting dalam mengajar matematika di SD. Mengapa? Karena sesuai dengan dunia anak-anak yang masih senang bermain. Melibatkan anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.
4. Cerita
Seperti halnya membawa siswa pada suatu permainan, bercerita menjadi media yang efektif bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Anda dapat bercerita atau mendongeng sebuah kisah tertentu yang didalamnya berisi tentag konsep matematika. jika memungkinkan, anda juga dapat memodifikasinya dengan bantuan beberapa alat peraga, semisal boneka tangan untuk media ceritanya. Atau dapat juga menggunakan media untuk memperjelas konsep matematikanya.
5. Manfaatkan Kemampuan Otak Kanan Siswa
Otak kanan adalah belahan otak yang berkaitan dengan emotional quotient (EQ). Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, kemampuan berimajinasi, kemampuan merasakan atau empati dan kreativitas. Untuk itu, dalam menggali ide matematika seorang anak, kita dapat mengajak mereka berdiskusi. Misalnya seorang anak umur 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. “Wah, itu sungguh menyenangkan bukan?”
6. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah
Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.
7. Menggunakan berbagai strategi
Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.
8. Menggunakan teknologi
Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.
9. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika
Menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.
Dari beberapa tips di atas, AN rasa cukup untuk membuat siswa merasa fun ketika belajar matematika. jika anda mempunyai tips lain yang bermanfaat untuk membangun pembelajaran matematika yang lebih menyenangkan, anda dapat kirimkan materinya ke email AN: nahmat@rocketmail.com atau admin@ahmatnurdin.com. Jika anda merasa tulisan ini memberikan menfaat, silahkan tinggalkan testimoni anda. Jika ada kritik dan saran, silahkan berikan komentar Anda. Terimakasih dan Semoga pembelajaran matematika betul-betul dapat menyenangkan bagi setiap siswa. Salam Juara!!!!!!!!!!




10 Cara Kreatif Mengajar Matematika


14.25 gallery pendidikan 2 comments
Berikut ini ada beberapa aktifitas di kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:

1. Gunakan dramatisasi.

Ajaklah anak-anak berpura-pura berada di sebuah bola (sphere) atau kotak (prisma), merasakan sisi-sisinya, ujung-ujungnya, dan sudutnya dan menyandiwarakan secara sederhana masalah aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb.

2. Menggunakan anggota tubuh anak-anak.

Menyarankan agar anak-anak menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,” mereka akan menanggapi dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan yang mereka memiliki( “membuktikan”) ini. Kemudian mengajak anak-anak untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain itu guru menampilkan angka dalam berbagai cara (misalnya, menunjukkan lima dengan tiga pada jari tangan kiri dan dua di jari tangan kanan).

3. Menggunakan permainan.

Melibatkan anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.

4. Menggunakan mainan.

Mendorong anak-anak untuk menggunakan “adegan” dan mainan untuk simulasi kejadian nyata, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.

5. Menggunakan cerita anak-anak.

Bercerita tentang sebuah kisah menarik yang didalamnya berisi konsep matematika. Jika perlu diperagakan khususnya untuk memperjelas konsep matematikanya

6. Gunakan kreativitas alami anak.

Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan dengan mereka. Misal seorang anak 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. “Wow, itu 5 angka lebih besar yang kamu tahu”.

7. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah.

Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.

8. Menggunakan berbagai strategi.

Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.

9. Menggunakan teknologi.

Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.

10. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika.

Menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.

Sumber: http://www2.scholastic.com


Cara Mudah Mengajarkan Dasar-Dasar Matematika
Guru adalah profesi yang mulia, menjadi guru tidak harus berada di dalam kelas atau mengajar di suatu sekolah, karena guru pada hakikatnya bisa dilakoni semua orang. Seorang ayah atau ibu seharusnya menjadi guru bagi anak-anaknya. Demikian juga abang dan kakak mestilah dapat diandalkan sebagai guru untuk adik-adiknya. Tak jarang hal yang paradoks terjadi, seorang ilmuwan mempunyai anak yang tidak paham ilmu pengetahuan, atau seorang jago matematika memiliki adik yang tidak pandai matematika, karena tidak sanggup menjadi guru bagi anak atau adiknya.
Apalagi matematika – sebagaimana telah dikatakan oleh Erik Temple Bell, matematikawan Amerika Serikat asal Skotlandia- adalah ratu dan abdi ilmu pengetahuan, karena matematika mampu menjadi bahasa kedua bagi manusia sekaligus bahasa ilmu pengetahuan, di mana tanpa matematika ilmu pengetahuan menjadi bisu, diam, statis, dan bila ilmu pengetahuan telah diam, tentunya peradaban manusia tidak akan pernah ada dan manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk lainnya.
Sebagaimana yang telah dimaklumi, matematika harus dipelajari dari dasarnya dan jika tidak, yang didapati hanyalah kebingungan dan kebingungan. Waktu ideal untuk mengajarkan matematika dasar adalah di jenjang SD hingga SMP, tapi jika melihat kondisi pendidikan kita, masih banyak sekolah yang belum berhasil menerapkannya kepada murid-murid, sehingga siswa harus mengikuti bimbingan belajar, itu pun kalau belajar di bimbel yang tidak memakai sistem “kejar setoran”, kalau tidak maka yang didapati hanyalah kesia-siaan belaka.
Untuk mengajarkan matematika dasar sebenarnya tidak sulit, hanya memerlukan ketelitian dan menerapkan langkah-langkah yang tepat. Hal ini terutama sangat berguna bagi yang newbie di dunia pengajaran, bisanya anak SMA atau anak kuliah yang nyambi sambil mengajar les atau bimbel. Nah untuk memudahkan Anda, berikut ini kami hadirkan langkah-langkahnya, yaitu:
1. Perkenalkan Matematika sebagai Teman.
Suatu ketika Anda dibelikan mainan baru oleh orang tua Anda, apa yang akan terjadi kemudian? Saya yakin Anda tidak akan mau jauh-jauh dari mainan tersebut. Mengapa Anda bisa sebegitu dekat dengan mainan tersebut? Tentu hal ini karena Anda mengenal mainan itu sebagai alat yang menyenangkan, coba sebaliknya jika Anda mengenal mainan seperti hewan buas yang akan membunuh Anda, mana mungkin Anda berani menyentuhnya. Hal yang sama juga berlaku pada matematika, jika ia diperkenalkan sebagai monster, tentu tidak akan menarik minat siswa dalam mempelajarinya. Maka dari itu, cobalah memperkenalkan matematika sebagai sahabat yang baik hati, karena memang matematika telah berjasa di dalam kehidupan manusia.
Memperkenalkan matematika kepada siswa bukan hal yang sulit, asal cara mengenalkannya dengan metode yang menyenangkan. Apalagi anak-anak yang masih berada di jenjang pendidikan dasar, mereka cenderung menyukai suatu pelajaran justru karena gaya mengajar sang guru. Boleh jadi di kelas 4 sang murid menyukai pelajaran IPA karena gurunya baik, tapi begitu naik kelas terjadi pergantian guru dengan guru yang kejam, sang murid malah membenci pelajaran IPA. Itulah sebabnya lebih baik jika guru tidak usah mengatakan pelajaran matematika itu adalah center of knowledge dan mata pelajaran yang paling mulia. Karena dalam pandangan murid bisa-bisa matematika itu adalah pelajaran yang sombong, mana ada orang yang mau berkenalan dengan orang sombong? Jika pada perkenalan pertama sudah berkesan buruk, maka pada tahap selanjutnya yang muncul hanyalah permusuhan, bukan kecintaan.
Setelah anak-anak kenal baik dengan matematika, agar persahabatan tetap akrab, maka ajarkanlah agar para siswa jangan jaim (jaga image) di hadapan matematika. Inilah yang sering diungkapkan guru matematika favorit saya yaitu pak Irwan S.Pd.I. Maksudnya adalah setelah para murid akrab dengan matematika, mereka harus mau peduli pada matematika, dengan cara rajin mempelajarinya, sering mengerjakan soal-soal, dan tidak malu bertanya jika tidak paham.
2. Jadikan Matematika sebagai Jawaban dari ‘Mengapa’ dan ‘Bagaimana’.
Ingin jadi saintis? caranya gampang, cukup mencari pertanyaan yang diawali dengan mengapa atau bagaimana, kemudian mengambil hipotesis lalu diuji dengan eksperimen, hal inilah yang mengantarkan Ivan Kristanto seorang siswa Indonesia menjadi juara olimpiade matematika tingkat dunia. Matematika sebagai salah satu natural science sebenarnya tidak memerlukan banyak hafalan. Acap kali guru hanya memberi rumus belaka tanpa mengajarkan bagaimana cara mendapatkan rumus tersebut, padahal modal utama dalam mengajarkan matematika adalah menumbuhkan semangat keingintahuan.
Akibat buruk dari metode mengajar semacam ini adalah para murid akan menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, sebenarnya jika mereka memahami konsep matematika tidak akan terasa sulit sama sekali, sebab ia berasal dari kehidupan sehari-hari.
Tidak salah jika ada yang mengatakan matematika adalah pelajaran tergampang. Buktinya tanpa mengulang-ulang pelajaran matematika selama bertahun-tahun jika paham konsep dasarnya kita masih lebih mudah mengingat daripada pelajaran sejarah, geografi, dan biologi yang bila tidak dipelajari selama setahun saja sudah banyak materi yang terlupakan.
3. Jangan Ragu Bereksperimen.
Setiap manusia mempunyai naluri untuk mencari tahu keadaan sekitarnya, apalagi pada masa anak-anak, di saat pengalaman masih sedikit. Keingintahuan dan eksperimen adalah hal yang mutlak ada dalam dunia matematika. Orang yang jenius sebenarnya bukanlah orang yang mampu menjawab semua soal pada saat ulangan, karena bisa saja terjadi kecurangan berupa menyontek ataupun mengopek, tapi orang yang jenius adalah orang yang memikirkan hal yang tidak dipikirkan orang lain karena keingintahuannya kemudian ia melakukan serangkaian penelitian.
Inilah yang harus dikembangkan di kalangan siswa, bukannya malah memendam bakat mereka. Dengan demikian mereka akan lebih mudah menyerap pelajaran, karena apa yang ia dapatkan berasal dari pengalamannya sendiri, bukankah pepatah telah berkata bahwa pengalaman adalah guru terbaik? Biarkanlah mereka mengutak-atik rumus-rumus matematika sesuai selera mereka, asal tidak melanggar kaidah matematika.
Demikian juga halnya dengan para guru, jangan ragu untuk bereksperimen bila diperlukan, tidak usah segan dengan metode lama yang tidak tertutup kemungkinan mempunyai kelemahan. Ketika Al-Biruni pada akhirnya berhasil membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari, dunia ilmiah tercengang, padahal menurut teori yang telah mapan bersumber dari ilmuwan Yunani bahwa matahari mengintari bumi. Beberapa tahun yang lalu Septi Peni Wulandari, seorang ibu rumah tangga berhasil menemukan metode jarimatika yang merupakan revolusi atas sistem perkalian yang cukup membingungkan.
Ini adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan senantiasa berkembang, dan sebagai guru yang bijak, janganlah mau terpaku dalam cara-cara lama yang mempunyai kelemahan. Cobalah hal-hal baru, gagal bukan merupakan masalah, yang penting adalah kita telah mencoba untuk berhasil. Dalam dunia ilmiah, para perintis tak kalah hebatnya dengan para penyempurna setelahnya.
4. Mulailah dari Soal-Soal yang Mudah.
Kebanyakan orang menganggap komputer lebih cerdas daripada otak manusia, padahal komputer jika dimasukkan data yang banyak justru akan semakin lambat, dan bila dipakai dalam waktu yang lama tentu akan rusak. Tidak demikian halnya dengan otak manusia, semakin sering ia dilatih dan dirangsang dengan mempergunakannya justru akan semakin cerdas. Ketika seseorang paham konsep dasar matematika, ia harus melatihnya agar konsep tersebut tidak hilang dari ingatan. Caranya adalah dengan aktif mengerjakan soal-soal, selain itu hal ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengasah daya analisis guna menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Agar belajar menjadi efektif, mulailah dari soal-soal yang mudah terlebih dulu, tujuannya agar konsep yang masih mengambang tersebut menjadi terpatri di dalam ingatan sang murid. Setelah ia menguasai soal-soal yang mudah, barulah beranjak menuju soal-soal yang lebih sulit dan begitu seterusnya. Adalah suatu hal yang sia-sia ketika seorang guru mengajarkan suatu teori dalam sekali pertemuan kemudian langsung memberikan latihan yang sulit, hal ini hanya akan menambah muak bagi siswa dalam mempelajari matematika.
5. Jangan Membahas Materi Selanjutnya jika Siswa Belum Paham Materi yang Masih Diajarkan.
Berdasarkan lama memori yang disimpan, memori otak manusia terbagi 3, yaitu sensor memory ( dalam jangka 30 detik ), short term memory ( ingatan jangka pendek ), dan long term memory (ingatan jangka panjang). Sebenarnya semua yang masuk ke dalam otak akan disimpan, tetapi ada yang benar-benar berkesan sehingga mudah untuk dimunculkan kembali, dan ada juga yang masih mengambang sehingga mudah untuk terlupakan. Selain itu adanya interupsi dan percampuran ingatan dapat membuat kebingungan.
Setiap guru mempunyai keinginan agar apa yang ia ajarkan dapat dikuasai dengan cepat, namun niat mulia ini tidak akan berguna jika sang murid belum memahami pelajaran tersebut dengan baik. Dampaknya siswa akan semakin malas belajar dan berharap materi tersebut cepat selesai agar ia cepat pulang ke rumah, semakin ini terjadi malah akan menimbulkan kebingungan yang berkepanjangan. Ibaratnya ke langit tidak sampai ke bumi tidak terjejak, ilmu yang masih menggantung itu tidak akan bisa digunakan dan hanya menumbuhkan rasa pesimis terhadap pelajaran matematika.
6. Bermain dengan Waktu.
Modernisasi menyebabkan semuanya menjadi lebih cepat, pekerjaan yang biasanya dilakukan secara manual menjadi otomatis, jarak yang jauh dapat ditempuh dalam waktu singkat, dan komunikasi mempercepat koordinasi dalam melaksanakan kegiatan.
Dengan keadaan yang demikian, tidak ada salahnya para guru juga melatih kecepatan siswa-siswanya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Tidak dapat dipungkiri kini manusia membutuhkan kecepatan dalam kehidupannya agar segala sesuatu menjadi lebih efisien. Manfaat lain dari melatih kecepatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal adalah agar mereka menjadi lebih mahir di bidang matematika, biar bagaimanapun menguasai konsep saja terkadang tidak cukup,  dibutuhkan juga kemahiran untuk menguasai sebuah bidang. Banyak orang yang menguasai konsep suatu bidang tapi sedikit yang mahir di bidang tersebut, dan yang dipakai ternyata adalah mereka yang mahir, bukan yang sekadar mengerti konsepnya saja.
Itulah langkah-langkah yang harus ditempuh agar mengajarkan matematika dasar menjadi mudah diterima siswa. Sejenius apapun seorang murid jika cara pengajarannya tidak tepat maka kecerdasannya itu tidak akan terasah, dan sebaliknya banyak anak yang dianggap tidak cerdas tapi mendapatkan cara pengajaran yang benar pada akhirnya  ia  menjelma menjadi ilmuwan yang hebat. Selain itu, peran orang tua juga tidak kalah besarnya dibandingkan dengan guru di sekolah, apalagi sang siswa berada di sekolah hanya beberapa jam saja. Maka boleh saja orang tua juga mengajari anak-anaknya di rumah, sehingga ia semakin mahir dalam menggunakan ilmu yang didapatinya di sekolah. Coba bayangkan, seandainya semua orang tua mau melakukan hal ini, pastilah generasi muda Indonesia akan menjadi pemimpin-pemimpin dunia, dan bangsa kita tidak akan pernah lagi dicap sebagai bangsa rendahan.
2008, Mohammad Ishaq, Menguak Rahasia Alam dengan Fisika | 2006, Husein Tampomas, Matematika Plus Jilid 1| seleselerumahkite.blogspot.com | majalah gatra


Menjadi Guru Yang Dirindukan Siswa ,9 Core Element Effective Teaching

“Kank ,diera yang sangat kompetitif ini peran guru harus bersaing dengan peran “guru “ yang lain seperti ICT,telivisi ,lingkungan siswa dsb ,agar siswa dapat belajar lebih optimal. Adakah kiat khusus menjadi guru yang dirindukan siswa...?”. 

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS  Al Ankabuut 69.

Peran guru  akhir akhir ini menjadi sorotan ,bukan hanya persoalan mutu kompetensi namun pengaruh terhadap motivasi belajar siswa juga menjadi perbincangan masyarakat terutama siswa dan orang tuanya. Karena itu para guru harus berani melakukan perubahan secara radikal dalam paradigma berpikir tentang tugas mengajarnya.Yaitu bagaimana cara mereka memandang bahwa pelayanan prima pendidikan saat ini tidak bisa ditawar lagi apalagi dengan adanya penurunan “citra”guru dimata siswa dan masyarakat.Dengan demikian setiap guru dapat mempersiapkan diri menghadapi tuntutan itu.Gaya pembelajaran klasikal dengan ceramah secara monoton ,mengajar tanpa mengenal kebutuhan..datang hanya memberi tugas tanpa dikoreksi hasilnya,cara seperti ini “TIDAK “akan membawanya menjadi guru yang “DITERIMA “siswa   .

Inilah beberapa TIPs agar menjadi guru yang “diterima” siswa:

Pertama : seorang guru harus memiliki pola pikir bahwa membina hubungan baik dengan siswa adalah lebih penting daripada’ Jaga image” dengan menarik jarak dengan siswa. Sehingga kehadiran guru bersangkutan ditunggu kehadirannya baik ssebalum kegiatan pembelajaran berlangsung atau sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung.Karena hal inilah siswa bakal malu jika tidak bisa menunjukan kemampuan mengusai materi nya terhadap pelajaranyang diberikan guru bersangkutan. Orang yang menyukai   seseorang akan mengutamakan sarannya ,demikian juga siswa.

Kedua : Tidak hanya berpusat pada target kurikulum tapi berpikir pada solusi ketutantasan siswa dalam belajarnya. Karena pada dasarnya siswa belajar adalah tercapai nya tingkat pengetahuan dan kompetensi yang semestinya dikuasai.Jika siswa mengalami kesulitan dalam mencapai tingkat kompetensi itu segera dapat menemukan  solusinya,. Oleh karena itu seorang guru patut mengenali tingkat daya serap atau kompetensi  setiap siswanya secara individual  karena ini adalah bagian dari proses pembelajaran. Siswa merasa kehadiran guru adalah solusi bagi kebutuhan dan kesulitan dalam mempelajarai sesuatu.

Ketiga : Siswa merasa guru bukan sosok yang ditakuti,”ditolak’ kehadirannya,menjadi “musuh” atau tidak disukai perilakunya. Melainkan sosok yang selalu  dinantikan kehadirannya baik sebagai pribadi ,pesan moral dan tambahan ilmu yang diberikan. Sehingga siswa siswa betul betul dapat menikmati dan mendapatkan kepuasan dalam menjalankan  kegiatan belajarnya.

Keempat :Guru harus dapat menularkan “energi” ,optimisme dan merasa “bermakna “dalam menjalankan profesinya,sehingga mereka dapat mengajar siswa dengan antusiasme tinggi dalam setiap pertemuan dengan siswa ,tanpa mencampur adukan antara persoalan pribadi dengan tugas profesionalitasnya.Siswa akan bersemangat jika mendapat penyemangatan dari teladan gurunya karena pada hakekatnya semangat itu “menular.

Kelima ;Membela kepentingan terbaik siswa adalah prinsip dan insiatif sendiri seorang guru yang profesional bukan sekedar lantaran kewajiban atau paksaaan dari pihak lain.Serta memiliki prinsip bahwa memberikan totalitas kompetensi yang dimiliki serta berdedikasi terhadap tugas adalah tanggung jawab pribadi. Dengan demikian siswa merasa mendapatkan inspirasi dari kesungguhan gurunya  dalam menjalankan tugasnya.


Keenam, menyediakan waktu hidupnya untuk selalu berpikir kepentingan dan kemajuan siswa dalam belejarnya ,eat ,slep and dream al about my student itulah prinsip yang dimiliki. Tidak hanya terikat hanya pada kewajiban beban mengajar atau jam kerja kantor saat ada disekolah.Dimana pun berada guru bersangkutan menjadi guru,sahabat dan orang tua siswa jika sedang berinteraksi dengan siswa .Bahkan mereka menyediakan waktu untuk membantu siswa menemukan solusi atas  persoalan/kesulitan yang  dihadapinya.

Ketujuh ,keberanian evaluasi dan instrospeksi diri dilakukan seorang guru profesional guna melihat setiap perbedaan dan perubahan dari sasaran yang ingin dicapinya. Sehingga “panggilan” hidupnya adalah memberikan yang totalitas pengabdian sebagai guru untuk kepentingan terbaik siswanya.


Kedelapan, perencanaan kegiatan pembelajaran  bukan hanya penyusunan RPP secara administratif melainkan kemampuan berimajinasi menciptakan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif ,inovatif ,terlibat dan pada akhirnya memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa guna meningkatkan kompetensi belajar siswa. Perencanaan kegiatan pembelajaran juga didasarkan pada kebutuhan dan kompetensi awal yang dimiliki siswa,sebagai renacana yang matang sehingga tercapainya efektifitas pembelajran . Etos kerja seperti inilah yang dilakukan seorang guru profesional sebelaum bertemu siswa nya dalam rangka mengajar.

Kesembilan, Integritas  dan dedikasi  terletak pada kebanggaan dan keunggulan dalam karya ,meningkatkan kompetensi /prestasi siswa sehingga iklim kompetisi sehat berbasis kinerja  terjadi disekolah tempat siswa bersangkutan belajar.Maka budaya prestasi dapat membuat tradisi juara dikalangan guru dan siswa menjadi bagian dari aktivitas kegiatan pembalajaran yang menarik ,menantang dan memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasi dan kompetensinya.

Selamat mencoba dan percayalah bahwa kehadiran seorang guru tetap dirindukan kehadirannya walaupun dalam mencarai pengetahuan saat ini bisa didapat dari search engine.





Definisi
Pengertian dan Definisi Guru
 Menurut pepatah jawa, Guru adalah digugu lan ditiru yang berarti bahwa guru merupakan sosok yang menjadi panutan bagi siswanya dan masih ada banyak pepatah yang berhubungan dengan guru lainnya walaupun intinya sama. Saat ini sosok guru sudah ikut "ter-reformasi". Guru dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang selalu berkembang dan mengikuti kemajuan jaman. Sudah tidak waktunya lagi guru yang kaku, memiliki pengetahuan terbatas, dan tidak mau terbuka dengan kemajuan teknologi.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi guru:

# UU RI NO 14 TAHUN 2005
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

# ZAKIYAH DARADJAT
Guru adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundah paa orang tua

# POERWADARMINTA
Guru adalah orang yang kerjanya mengajar

# SUPRIYADI, 1999
Guru adalah orang yang berilmu, berakhlak, jujur dan baik hati, disegani, serta menjadi teladan bagi masyarakat

# WILLIAM
Guru adalah pemegang kendali dalam "kendaraan" pendidikan

# MOHAMAD SURYA
Guru adalah orang tua di sekolah dan orang tua adalah guru di rumah.

# SYAIKH MUHAMMAD
Guru adalah tauladan dalam akhlaknya yang baik dan perangainya yang mulia

# UMAR TIRTA & LA SULA
Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan sasaran peserta didik

# M. NGALIM PURWANTO
Guru adalah seorang yang berjiwa besar terhadap masyarakat dan negara

# OEMAR HAMALIK, 2003
Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan dan menuntun murid-murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan

# SYAIFUL BARI DJAMARAH & ASWAN ZAIN
Guru adalah seseorang yang menjadi salah satu sumber belajar yang erkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar