Mengajar
matematika ternyata lain daripada yang lain. Betapa tidak, matematika dengan
semua konsepnya yang abstrak harus diajarkan kepada siswa yang semuanya masih
berpikir konkret. Hal itu tentu menuntut seorang guru matematika mampu memilih cara kreatif dan efektif dalam
mengajarkan matematika. jika guru tak mampu mengembangkan
kemampuannya dalam mengajar, dapat dipastikan tujuan pembelajaran matematika
sulit untuk tercapai.
Berikut
ini adalah beberapa cara yang dapat dipakai untuk menumbuhkan pembelajaran
matematika yang efektif. Mengajar matematika kepada siswa bukanlah memberikan
segala informasi yang guru ketahui kepada siswa, melainkan mengarahkan
pemikiran mereka sehingga mereka menemukan konsep matemataika dengan kemampuan
intelektualnya sendiri seperti yang diharapkan. Caranya? Sering mengajukan
beberapa pertanyaan kritis dan memancing kepada siswa sehingga mereka mengerti
sebab dan akibat dari konsep matematika yang mereka pelajari. Seperti misalnya,
“Apakah Kamu mencoba dengan cara ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini
?”,”apakah ini cara satu-satunya yang bisa dilakukan?”, “mengapa kita gunakan
ini, bukan yang lain?”, dll.
Adapun
cara kreatif dan efektif dalam mengajar matematika yang lain adalah sbb
:
1. Dramatisasi
Ajaklah semua siswa di kelas untuk
merasakan apa yang kita ajarkan. Misalnya ketika anda menjelaskan konsep kubus
atau balok, anda dapat membawa mereka untuk merasakan bahwa ruang kelas
mereka adalah contoh balok dan saat ini mereka sedang ada di dalamnya.
2. Pemanfaatan Anggota Tubuh
Untuk
membawa siswa SD kedalam masalah matematika bukan suatu yang sulit. Anda dapat
meminta kepada mereka untuk menunjukkan berapa banyak kaki, tangan, dll. Anda
juga dapat mengajak siswa untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan
pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan
angka yang diminta guru.
3.
Permainan
Ini
menjadi kunci penting dalam mengajar matematika di SD. Mengapa? Karena sesuai
dengan dunia anak-anak yang masih senang bermain. Melibatkan anak-anak bermain
yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara,
termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola,
dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko,
menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil
lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.
4.
Cerita
Seperti
halnya membawa siswa pada suatu permainan, bercerita menjadi media yang efektif
bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Anda dapat bercerita
atau mendongeng sebuah kisah tertentu yang didalamnya berisi tentag konsep
matematika. jika memungkinkan, anda juga dapat memodifikasinya dengan bantuan
beberapa alat peraga, semisal boneka tangan untuk media ceritanya. Atau dapat
juga menggunakan media untuk memperjelas konsep matematikanya.
5.
Manfaatkan Kemampuan Otak Kanan Siswa
Otak
kanan adalah belahan otak yang berkaitan dengan emotional quotient (EQ).
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, kemampuan berimajinasi, kemampuan
merasakan atau empati dan kreativitas. Untuk itu, dalam menggali ide matematika
seorang anak, kita dapat mengajak mereka berdiskusi. Misalnya seorang anak umur
6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah
angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”.
“Wah, itu sungguh menyenangkan bukan?”
6.
Menggunakan kemampuan pemecahan masalah
Menanyakan
anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti
mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan
ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk
menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk
memecahkan masalah.
7.
Menggunakan berbagai strategi
Bawalah
matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi
hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang
ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu
dsb.
8.
Menggunakan teknologi
Cobalah
gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas
yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak,
perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi
lain, seperti komputer secara bijak.
9.
Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika
Menggunakan
observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar
anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa
yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba
menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.
Dari
beberapa tips di atas, AN rasa cukup untuk membuat siswa merasa fun ketika
belajar matematika. jika anda mempunyai tips lain yang bermanfaat untuk
membangun pembelajaran matematika yang lebih menyenangkan, anda dapat kirimkan
materinya ke email AN: nahmat@rocketmail.com atau admin@ahmatnurdin.com.
Jika anda merasa tulisan ini memberikan menfaat, silahkan tinggalkan testimoni
anda. Jika ada kritik dan saran, silahkan berikan komentar Anda. Terimakasih dan
Semoga pembelajaran matematika betul-betul dapat menyenangkan bagi setiap
siswa. Salam Juara!!!!!!!!!!
10 Cara Kreatif Mengajar Matematika
Berikut ini ada beberapa aktifitas
di kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam
pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu
mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk
meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut
beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:
1. Gunakan dramatisasi.
Ajaklah anak-anak berpura-pura berada di sebuah bola (sphere) atau kotak (prisma), merasakan sisi-sisinya, ujung-ujungnya, dan sudutnya dan menyandiwarakan secara sederhana masalah aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb.
2. Menggunakan anggota tubuh anak-anak.
Menyarankan agar anak-anak menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,” mereka akan menanggapi dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan yang mereka memiliki( “membuktikan”) ini. Kemudian mengajak anak-anak untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain itu guru menampilkan angka dalam berbagai cara (misalnya, menunjukkan lima dengan tiga pada jari tangan kiri dan dua di jari tangan kanan).
3. Menggunakan permainan.
Melibatkan anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.
4. Menggunakan mainan.
Mendorong anak-anak untuk menggunakan “adegan” dan mainan untuk simulasi kejadian nyata, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.
5. Menggunakan cerita anak-anak.
Bercerita tentang sebuah kisah menarik yang didalamnya berisi konsep matematika. Jika perlu diperagakan khususnya untuk memperjelas konsep matematikanya
6. Gunakan kreativitas alami anak.
Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan dengan mereka. Misal seorang anak 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. “Wow, itu 5 angka lebih besar yang kamu tahu”.
7. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah.
Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.
8. Menggunakan berbagai strategi.
Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.
9. Menggunakan teknologi.
Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.
10. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika.
Menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.
Sumber: http://www2.scholastic.com
1. Gunakan dramatisasi.
Ajaklah anak-anak berpura-pura berada di sebuah bola (sphere) atau kotak (prisma), merasakan sisi-sisinya, ujung-ujungnya, dan sudutnya dan menyandiwarakan secara sederhana masalah aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb.
2. Menggunakan anggota tubuh anak-anak.
Menyarankan agar anak-anak menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,” mereka akan menanggapi dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan yang mereka memiliki( “membuktikan”) ini. Kemudian mengajak anak-anak untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain itu guru menampilkan angka dalam berbagai cara (misalnya, menunjukkan lima dengan tiga pada jari tangan kiri dan dua di jari tangan kanan).
3. Menggunakan permainan.
Melibatkan anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.
4. Menggunakan mainan.
Mendorong anak-anak untuk menggunakan “adegan” dan mainan untuk simulasi kejadian nyata, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.
5. Menggunakan cerita anak-anak.
Bercerita tentang sebuah kisah menarik yang didalamnya berisi konsep matematika. Jika perlu diperagakan khususnya untuk memperjelas konsep matematikanya
6. Gunakan kreativitas alami anak.
Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan dengan mereka. Misal seorang anak 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. “Wow, itu 5 angka lebih besar yang kamu tahu”.
7. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah.
Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.
8. Menggunakan berbagai strategi.
Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.
9. Menggunakan teknologi.
Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.
10. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika.
Menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.
Sumber: http://www2.scholastic.com
Cara Mudah Mengajarkan Dasar-Dasar Matematika
Guru adalah profesi
yang mulia, menjadi guru tidak harus berada di dalam kelas atau mengajar di
suatu sekolah, karena guru pada hakikatnya bisa dilakoni semua orang. Seorang
ayah atau ibu seharusnya menjadi guru bagi anak-anaknya. Demikian juga abang
dan kakak mestilah dapat diandalkan sebagai guru untuk adik-adiknya. Tak jarang
hal yang paradoks terjadi, seorang ilmuwan mempunyai anak yang tidak paham ilmu
pengetahuan, atau seorang jago matematika memiliki adik yang tidak pandai
matematika, karena tidak sanggup menjadi guru bagi anak atau adiknya.
Apalagi matematika –
sebagaimana telah dikatakan oleh Erik Temple Bell, matematikawan Amerika
Serikat asal Skotlandia- adalah ratu dan abdi ilmu pengetahuan, karena
matematika mampu menjadi bahasa kedua bagi manusia sekaligus bahasa ilmu
pengetahuan, di mana tanpa matematika ilmu pengetahuan menjadi bisu, diam,
statis, dan bila ilmu pengetahuan telah diam, tentunya peradaban manusia tidak
akan pernah ada dan manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk lainnya.
Sebagaimana yang
telah dimaklumi, matematika harus dipelajari dari dasarnya dan jika tidak, yang
didapati hanyalah kebingungan dan kebingungan. Waktu ideal untuk mengajarkan
matematika dasar adalah di jenjang SD hingga SMP, tapi jika melihat kondisi
pendidikan kita, masih banyak sekolah yang belum berhasil menerapkannya kepada
murid-murid, sehingga siswa harus mengikuti bimbingan belajar, itu pun kalau
belajar di bimbel yang tidak memakai sistem “kejar setoran”, kalau tidak maka
yang didapati hanyalah kesia-siaan belaka.
Untuk mengajarkan
matematika dasar sebenarnya tidak sulit, hanya memerlukan ketelitian dan
menerapkan langkah-langkah yang tepat. Hal ini terutama sangat berguna bagi
yang newbie di dunia pengajaran, bisanya anak SMA atau anak kuliah yang nyambi
sambil mengajar les atau bimbel. Nah untuk memudahkan Anda, berikut ini kami
hadirkan langkah-langkahnya, yaitu:
1. Perkenalkan
Matematika sebagai Teman.
Suatu ketika Anda
dibelikan mainan baru oleh orang tua Anda, apa yang akan terjadi kemudian? Saya
yakin Anda tidak akan mau jauh-jauh dari mainan tersebut. Mengapa Anda bisa
sebegitu dekat dengan mainan tersebut? Tentu hal ini karena Anda mengenal
mainan itu sebagai alat yang menyenangkan, coba sebaliknya jika Anda mengenal
mainan seperti hewan buas yang akan membunuh Anda, mana mungkin Anda berani
menyentuhnya. Hal yang sama juga berlaku pada matematika, jika ia diperkenalkan
sebagai monster, tentu tidak akan menarik minat siswa dalam mempelajarinya.
Maka dari itu, cobalah memperkenalkan matematika sebagai sahabat yang baik
hati, karena memang matematika telah berjasa di dalam kehidupan manusia.
Memperkenalkan
matematika kepada siswa bukan hal yang sulit, asal cara mengenalkannya dengan
metode yang menyenangkan. Apalagi anak-anak yang masih berada di jenjang
pendidikan dasar, mereka cenderung menyukai suatu pelajaran justru karena gaya
mengajar sang guru. Boleh jadi di kelas 4 sang murid menyukai pelajaran IPA
karena gurunya baik, tapi begitu naik kelas terjadi pergantian guru dengan guru
yang kejam, sang murid malah membenci pelajaran IPA. Itulah sebabnya lebih baik
jika guru tidak usah mengatakan pelajaran matematika itu adalah center of
knowledge dan mata pelajaran yang paling mulia. Karena dalam pandangan
murid bisa-bisa matematika itu adalah pelajaran yang sombong, mana ada orang
yang mau berkenalan dengan orang sombong? Jika pada perkenalan pertama sudah
berkesan buruk, maka pada tahap selanjutnya yang muncul hanyalah permusuhan,
bukan kecintaan.
Setelah anak-anak
kenal baik dengan matematika, agar persahabatan tetap akrab, maka ajarkanlah
agar para siswa jangan jaim (jaga image) di hadapan matematika.
Inilah yang sering diungkapkan guru matematika favorit saya yaitu pak Irwan
S.Pd.I. Maksudnya adalah setelah para murid akrab dengan matematika, mereka
harus mau peduli pada matematika, dengan cara rajin mempelajarinya, sering
mengerjakan soal-soal, dan tidak malu bertanya jika tidak paham.
2. Jadikan Matematika
sebagai Jawaban dari ‘Mengapa’ dan ‘Bagaimana’.
Ingin jadi saintis?
caranya gampang, cukup mencari pertanyaan yang diawali dengan mengapa atau
bagaimana, kemudian mengambil hipotesis lalu diuji dengan eksperimen, hal
inilah yang mengantarkan Ivan Kristanto seorang siswa Indonesia menjadi juara
olimpiade matematika tingkat dunia. Matematika sebagai salah satu natural
science sebenarnya tidak memerlukan banyak hafalan. Acap kali guru hanya
memberi rumus belaka tanpa mengajarkan bagaimana cara mendapatkan rumus
tersebut, padahal modal utama dalam mengajarkan matematika adalah menumbuhkan
semangat keingintahuan.
Akibat buruk dari
metode mengajar semacam ini adalah para murid akan menganggap matematika
sebagai mata pelajaran yang sulit, sebenarnya jika mereka memahami konsep
matematika tidak akan terasa sulit sama sekali, sebab ia berasal dari kehidupan
sehari-hari.
Tidak salah jika ada
yang mengatakan matematika adalah pelajaran tergampang. Buktinya tanpa
mengulang-ulang pelajaran matematika selama bertahun-tahun jika paham konsep
dasarnya kita masih lebih mudah mengingat daripada pelajaran sejarah, geografi,
dan biologi yang bila tidak dipelajari selama setahun saja sudah banyak materi
yang terlupakan.
3. Jangan Ragu
Bereksperimen.
Setiap manusia
mempunyai naluri untuk mencari tahu keadaan sekitarnya, apalagi pada masa
anak-anak, di saat pengalaman masih sedikit. Keingintahuan dan eksperimen
adalah hal yang mutlak ada dalam dunia matematika. Orang yang jenius sebenarnya
bukanlah orang yang mampu menjawab semua soal pada saat ulangan, karena bisa
saja terjadi kecurangan berupa menyontek ataupun mengopek, tapi orang yang
jenius adalah orang yang memikirkan hal yang tidak dipikirkan orang lain karena
keingintahuannya kemudian ia melakukan serangkaian penelitian.
Inilah yang harus
dikembangkan di kalangan siswa, bukannya malah memendam bakat mereka. Dengan
demikian mereka akan lebih mudah menyerap pelajaran, karena apa yang ia
dapatkan berasal dari pengalamannya sendiri, bukankah pepatah telah berkata
bahwa pengalaman adalah guru terbaik? Biarkanlah mereka mengutak-atik
rumus-rumus matematika sesuai selera mereka, asal tidak melanggar kaidah
matematika.
Demikian juga halnya
dengan para guru, jangan ragu untuk bereksperimen bila diperlukan, tidak usah
segan dengan metode lama yang tidak tertutup kemungkinan mempunyai kelemahan.
Ketika Al-Biruni pada akhirnya berhasil membuktikan bahwa bumi mengelilingi
matahari, dunia ilmiah tercengang, padahal menurut teori yang telah mapan
bersumber dari ilmuwan Yunani bahwa matahari mengintari bumi. Beberapa tahun
yang lalu Septi Peni Wulandari, seorang ibu rumah tangga berhasil menemukan
metode jarimatika yang merupakan revolusi atas sistem perkalian yang cukup
membingungkan.
Ini adalah bukti
bahwa ilmu pengetahuan senantiasa berkembang, dan sebagai guru yang bijak,
janganlah mau terpaku dalam cara-cara lama yang mempunyai kelemahan. Cobalah
hal-hal baru, gagal bukan merupakan masalah, yang penting adalah kita telah
mencoba untuk berhasil. Dalam dunia ilmiah, para perintis tak kalah hebatnya
dengan para penyempurna setelahnya.
4. Mulailah dari
Soal-Soal yang Mudah.
Kebanyakan orang
menganggap komputer lebih cerdas daripada otak manusia, padahal komputer jika
dimasukkan data yang banyak justru akan semakin lambat, dan bila dipakai dalam
waktu yang lama tentu akan rusak. Tidak demikian halnya dengan otak manusia,
semakin sering ia dilatih dan dirangsang dengan mempergunakannya justru akan
semakin cerdas. Ketika seseorang paham konsep dasar matematika, ia harus
melatihnya agar konsep tersebut tidak hilang dari ingatan. Caranya adalah
dengan aktif mengerjakan soal-soal, selain itu hal ini juga bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengasah daya analisis guna menerapkan konsep
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Agar belajar menjadi
efektif, mulailah dari soal-soal yang mudah terlebih dulu, tujuannya agar
konsep yang masih mengambang tersebut menjadi terpatri di dalam ingatan sang
murid. Setelah ia menguasai soal-soal yang mudah, barulah beranjak menuju
soal-soal yang lebih sulit dan begitu seterusnya. Adalah suatu hal yang sia-sia
ketika seorang guru mengajarkan suatu teori dalam sekali pertemuan kemudian
langsung memberikan latihan yang sulit, hal ini hanya akan menambah muak bagi
siswa dalam mempelajari matematika.
5. Jangan Membahas
Materi Selanjutnya jika Siswa Belum Paham Materi yang Masih Diajarkan.
Berdasarkan lama
memori yang disimpan, memori otak manusia terbagi 3, yaitu sensor memory
( dalam jangka 30 detik ), short term memory ( ingatan jangka pendek ),
dan long term memory (ingatan jangka panjang). Sebenarnya semua yang
masuk ke dalam otak akan disimpan, tetapi ada yang benar-benar berkesan
sehingga mudah untuk dimunculkan kembali, dan ada juga yang masih mengambang
sehingga mudah untuk terlupakan. Selain itu adanya interupsi dan percampuran
ingatan dapat membuat kebingungan.
Setiap guru mempunyai
keinginan agar apa yang ia ajarkan dapat dikuasai dengan cepat, namun niat
mulia ini tidak akan berguna jika sang murid belum memahami pelajaran tersebut
dengan baik. Dampaknya siswa akan semakin malas belajar dan berharap materi
tersebut cepat selesai agar ia cepat pulang ke rumah, semakin ini terjadi malah
akan menimbulkan kebingungan yang berkepanjangan. Ibaratnya ke langit tidak
sampai ke bumi tidak terjejak, ilmu yang masih menggantung itu tidak akan bisa
digunakan dan hanya menumbuhkan rasa pesimis terhadap pelajaran matematika.
6. Bermain dengan
Waktu.
Modernisasi menyebabkan
semuanya menjadi lebih cepat, pekerjaan yang biasanya dilakukan secara manual
menjadi otomatis, jarak yang jauh dapat ditempuh dalam waktu singkat, dan
komunikasi mempercepat koordinasi dalam melaksanakan kegiatan.
Dengan keadaan yang
demikian, tidak ada salahnya para guru juga melatih kecepatan siswa-siswanya
dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Tidak dapat dipungkiri kini manusia
membutuhkan kecepatan dalam kehidupannya agar segala sesuatu menjadi lebih
efisien. Manfaat lain dari melatih kecepatan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal adalah agar mereka menjadi lebih mahir di bidang matematika, biar
bagaimanapun menguasai konsep saja terkadang tidak cukup, dibutuhkan juga
kemahiran untuk menguasai sebuah bidang. Banyak orang yang menguasai konsep
suatu bidang tapi sedikit yang mahir di bidang tersebut, dan yang dipakai
ternyata adalah mereka yang mahir, bukan yang sekadar mengerti konsepnya saja.
Itulah
langkah-langkah yang harus ditempuh agar mengajarkan matematika dasar menjadi
mudah diterima siswa. Sejenius apapun seorang murid jika cara pengajarannya
tidak tepat maka kecerdasannya itu tidak akan terasah, dan sebaliknya banyak
anak yang dianggap tidak cerdas tapi mendapatkan cara pengajaran yang benar
pada akhirnya ia menjelma menjadi ilmuwan yang hebat. Selain itu,
peran orang tua juga tidak kalah besarnya dibandingkan dengan guru di sekolah,
apalagi sang siswa berada di sekolah hanya beberapa jam saja. Maka boleh saja
orang tua juga mengajari anak-anaknya di rumah, sehingga ia semakin mahir dalam
menggunakan ilmu yang didapatinya di sekolah. Coba bayangkan, seandainya semua
orang tua mau melakukan hal ini, pastilah generasi muda Indonesia akan menjadi
pemimpin-pemimpin dunia, dan bangsa kita tidak akan pernah lagi dicap sebagai
bangsa rendahan.
2008, Mohammad Ishaq,
Menguak Rahasia Alam dengan Fisika | 2006, Husein Tampomas, Matematika Plus
Jilid 1| seleselerumahkite.blogspot.com | majalah gatra
Menjadi Guru Yang Dirindukan Siswa ,9 Core Element Effective
Teaching
“Kank ,diera yang sangat kompetitif
ini peran guru harus bersaing dengan peran “guru “ yang lain seperti
ICT,telivisi ,lingkungan siswa dsb ,agar siswa dapat belajar lebih optimal.
Adakah kiat khusus menjadi guru yang dirindukan siswa...?”.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” QS Al Ankabuut 69.
Peran guru akhir akhir ini
menjadi sorotan ,bukan hanya persoalan mutu kompetensi namun pengaruh terhadap
motivasi belajar siswa juga menjadi perbincangan masyarakat terutama siswa dan
orang tuanya. Karena itu para guru harus berani melakukan perubahan secara
radikal dalam paradigma berpikir tentang tugas mengajarnya.Yaitu bagaimana cara
mereka memandang bahwa pelayanan prima pendidikan saat ini tidak bisa ditawar
lagi apalagi dengan adanya penurunan “citra”guru dimata siswa dan
masyarakat.Dengan demikian setiap guru dapat mempersiapkan diri menghadapi
tuntutan itu.Gaya pembelajaran klasikal dengan ceramah secara monoton ,mengajar
tanpa mengenal kebutuhan..datang hanya memberi tugas tanpa dikoreksi
hasilnya,cara seperti ini “TIDAK “akan membawanya menjadi guru yang “DITERIMA
“siswa .
Inilah beberapa TIPs agar menjadi
guru yang “diterima” siswa:
Pertama : seorang guru harus memiliki pola pikir bahwa membina
hubungan baik dengan siswa adalah lebih penting daripada’ Jaga image” dengan
menarik jarak dengan siswa. Sehingga kehadiran guru bersangkutan ditunggu
kehadirannya baik ssebalum kegiatan pembelajaran berlangsung atau sesudah
kegiatan pembelajaran berlangsung.Karena hal inilah siswa bakal malu jika tidak
bisa menunjukan kemampuan mengusai materi nya terhadap pelajaranyang diberikan
guru bersangkutan. Orang yang menyukai seseorang akan mengutamakan
sarannya ,demikian juga siswa.
Kedua : Tidak hanya berpusat pada target kurikulum tapi berpikir
pada solusi ketutantasan siswa dalam belajarnya. Karena pada dasarnya siswa
belajar adalah tercapai nya tingkat pengetahuan dan kompetensi yang semestinya
dikuasai.Jika siswa mengalami kesulitan dalam mencapai tingkat kompetensi itu
segera dapat menemukan solusinya,. Oleh karena itu seorang guru patut
mengenali tingkat daya serap atau kompetensi setiap siswanya secara
individual karena ini adalah bagian dari proses pembelajaran. Siswa
merasa kehadiran guru adalah solusi bagi kebutuhan dan kesulitan dalam
mempelajarai sesuatu.
Ketiga : Siswa merasa guru bukan sosok yang ditakuti,”ditolak’
kehadirannya,menjadi “musuh” atau tidak disukai perilakunya. Melainkan sosok
yang selalu dinantikan kehadirannya baik sebagai pribadi ,pesan moral dan
tambahan ilmu yang diberikan. Sehingga siswa siswa betul betul dapat menikmati
dan mendapatkan kepuasan dalam menjalankan kegiatan belajarnya.
Keempat :Guru harus dapat menularkan “energi” ,optimisme dan merasa
“bermakna “dalam menjalankan profesinya,sehingga mereka dapat mengajar siswa
dengan antusiasme tinggi dalam setiap pertemuan dengan siswa ,tanpa mencampur
adukan antara persoalan pribadi dengan tugas profesionalitasnya.Siswa akan
bersemangat jika mendapat penyemangatan dari teladan gurunya karena pada
hakekatnya semangat itu “menular.
Kelima ;Membela kepentingan terbaik siswa adalah prinsip dan
insiatif sendiri seorang guru yang profesional bukan sekedar lantaran kewajiban
atau paksaaan dari pihak lain.Serta memiliki prinsip bahwa memberikan totalitas
kompetensi yang dimiliki serta berdedikasi terhadap tugas adalah tanggung jawab
pribadi. Dengan demikian siswa merasa mendapatkan inspirasi dari kesungguhan
gurunya dalam menjalankan tugasnya.
Keenam, menyediakan waktu hidupnya untuk selalu berpikir
kepentingan dan kemajuan siswa dalam belejarnya ,eat ,slep and dream al
about my student itulah prinsip yang dimiliki. Tidak hanya terikat hanya
pada kewajiban beban mengajar atau jam kerja kantor saat ada disekolah.Dimana
pun berada guru bersangkutan menjadi guru,sahabat dan orang tua siswa jika
sedang berinteraksi dengan siswa .Bahkan mereka menyediakan waktu untuk
membantu siswa menemukan solusi atas persoalan/kesulitan yang
dihadapinya.
Ketujuh ,keberanian evaluasi dan instrospeksi diri dilakukan seorang
guru profesional guna melihat setiap perbedaan dan perubahan dari sasaran yang
ingin dicapinya. Sehingga “panggilan” hidupnya adalah memberikan yang totalitas
pengabdian sebagai guru untuk kepentingan terbaik siswanya.
Kedelapan, perencanaan kegiatan pembelajaran bukan hanya
penyusunan RPP secara administratif melainkan kemampuan berimajinasi
menciptakan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif ,inovatif ,terlibat dan
pada akhirnya memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa guna
meningkatkan kompetensi belajar siswa. Perencanaan kegiatan pembelajaran juga
didasarkan pada kebutuhan dan kompetensi awal yang dimiliki siswa,sebagai
renacana yang matang sehingga tercapainya efektifitas pembelajran . Etos kerja
seperti inilah yang dilakukan seorang guru profesional sebelaum bertemu siswa
nya dalam rangka mengajar.
Kesembilan, Integritas dan dedikasi terletak pada kebanggaan dan
keunggulan dalam karya ,meningkatkan kompetensi /prestasi siswa sehingga iklim
kompetisi sehat berbasis kinerja terjadi disekolah tempat siswa
bersangkutan belajar.Maka budaya prestasi dapat membuat tradisi juara
dikalangan guru dan siswa menjadi bagian dari aktivitas kegiatan pembalajaran
yang menarik ,menantang dan memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasi dan
kompetensinya.
Selamat mencoba dan percayalah bahwa
kehadiran seorang guru tetap dirindukan kehadirannya walaupun dalam mencarai
pengetahuan saat ini bisa didapat dari search engine.
Definisi
Pengertian dan Definisi Guru
Menurut
pepatah jawa, Guru adalah digugu lan ditiru yang berarti bahwa guru merupakan
sosok yang menjadi panutan bagi siswanya dan masih ada banyak pepatah yang
berhubungan dengan guru lainnya walaupun intinya sama. Saat ini sosok guru
sudah ikut "ter-reformasi". Guru dituntut untuk memiliki ilmu
pengetahuan yang selalu berkembang dan mengikuti kemajuan jaman. Sudah tidak
waktunya lagi guru yang kaku, memiliki pengetahuan terbatas, dan tidak mau
terbuka dengan kemajuan teknologi.
Berikut ini adalah pengertian dan
definisi guru:
# UU RI NO 14 TAHUN 2005
Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
# ZAKIYAH DARADJAT
Guru adalah pendidik profesional
karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundah paa orang tua
# POERWADARMINTA
Guru adalah orang yang kerjanya
mengajar
# SUPRIYADI, 1999
Guru adalah orang yang berilmu,
berakhlak, jujur dan baik hati, disegani, serta menjadi teladan bagi masyarakat
# WILLIAM
Guru adalah pemegang kendali dalam
"kendaraan" pendidikan
# MOHAMAD SURYA
Guru adalah orang tua di sekolah dan
orang tua adalah guru di rumah.
# SYAIKH MUHAMMAD
Guru adalah tauladan dalam akhlaknya
yang baik dan perangainya yang mulia
# UMAR TIRTA & LA SULA
Guru adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan sasaran peserta didik
# M. NGALIM PURWANTO
Guru adalah seorang yang berjiwa
besar terhadap masyarakat dan negara
# OEMAR HAMALIK, 2003
Guru adalah orang yang bertanggung
jawab dalam merencanakan dan menuntun murid-murid untuk melakukan
kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
diinginkan
# SYAIFUL BARI DJAMARAH & ASWAN
ZAIN
Guru adalah seseorang yang menjadi
salah satu sumber belajar yang erkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang
kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar